Pemanasan Global Mengancam Separuh Spesies Tumbuhan di Bumi

Kompas.com - 13/05/2013, 11:14 WIB
Yunanto Wiji Utomo

Penulis

PARIS, KOMPAS.com - Lebih dari separuh spesies tumbuhan dan sepertiga spesies hewan akan menciut tempat hidupnya pada tahun 2080 sebagai akibat pemanasan global. Demikian dinyatakan dalam sebuah studi yang diumumkan pada Minggu (12/5/2013).

Peneliti dari University of East Anglia yang melakukan studi meneliti 48.786 spesies hewan dan tumbuhan serta memprediksi bagaimana rentang habitatnya terpengaruh emisi karbon. Menurut riset, 55 persen tumbuhan dan 35 persen hewan akan menciut tempat hidupnya akibat pemanasan global.

Golongan makhluk hidup yang paling terancam adalah amfibi, tumbuhan dan reptil. Sementara, wilayah yang akan mengalami penurunan keanekaragaman hayati paling besar adalah Sahara di Afrika, Amerika Tengah, wilayah sekitar Amazon dan Australia.

Rachel Warren, pimpinan penelitian, mengungkapkan bahwa prediksi tersebut sudah menyertakan kemampuan migrasi hewan untuk tetap bertahan hidup. Namun, studi belum menyertakan faktor bencana alam terkait perubahan iklim yang bisa turut memperparah keadaan.

Warren mengatakan, gejala lain terkait perubahan iklim, seperti badai, kekeringan, banjir, dan hama bisa memperbesar dampak. Keanekaragaman tumbuhan  yang berkurang juga bisa memengaruhi ketahanan hewan.

"Keragaman hewan sendiri akan mengalami penurunan lebih dari prediksi kita karena kekurangan makanan akibat berkurangnya keragaman tumbuhan," kata warren seperti dikutip AFP pada Minggu kemarin.

"Akan ada pula dampak tambahan bagi manusia karena spesies-spesies tersebut penting untuk pemurnian air dan udara, mengontrol banjir, siklus nutrisi dan dan eko turisme," tambah Warren menjelaskan hasil studi yang dipublikasikan di jurnal Nature Climate Change ini.

Dengan emisi saat ini, ilmuwan memprediksi bahwa suhu Bumi akan naik sebesar 4 derajat Celsius pada tahun 2100. Berdasarkan skenario tersebutlah, Warren mengembangkan prediksi yang dipublikasikan di studi ini.

Menurut ilmuwan, bila emisi karbon memuncak pada tahun 2016 dan menurun 3-4 persen per tahun sesudahnya, suhu Bumi pada tahun 2100 akan meningkat  derajat Celsius. Hal ini akan mengurangi dampak pemanasan global hingga 60 persen.

Jika puncak emisi tertunda hingga tahun 2021 dan dikurangi 6 persen per tahun sesudahnya untuk mencapai target 2 derajat Celsius peningkatan suhu, usaha pengurangan emisi yang dibutuhkan akan jauh lebih besar.

Bila emisi memuncak pada tahun 2030 dan dikurangi 5 persen per tahun untuk mengurangi pemanasan hingga hanya 2,8 derajat Celsius, dampak berkurangnya rentang habitat akibat pemanasan global bisa dikurangi hingga 4 persen.     

Peningkatan suhu Bumi sebenarnya diharapkan bisa dibatasi hingga hanya 2 derajat Celsius. Namun, negosiasi antarbangsa yang berlangsung lambat dan emisi yang terus meningkat membuat ilmuwan memprediksi bahwa peningkatan suhu Bumi bisa mencapai 3-4 derajat Celsius pada akhir abad ini.

                                                                                                                                                                                                                                                                

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau